- Di Duga Korupsi Rp 2,64 M, Kejari Lutim Resmi Tetapkan Oknum Kades Balai Kembang Jadi Tersangka
- Trump vs Musk, Proyek Rudal Jatuh ke Tangan Amazon, Tinggalkan SpaceX?
- Jet Tempur Bangladesh Jatuh di Kampus Dhaka, 25 Anak Tewas
- Presiden Prabowo Perintahkan Pengawasan Ketat Koperasi Desa Merah Putih
- Dewa United Juara IBL 2025, Taklukkan Pelita Jaya Lewat Laga Dramatis 74-73
- Imbangi Malaysia 0-0, Timnas Indonesia U-23 Lolos ke Semifinal sebagai Juara Grup A
- Tujuh Negara Bagian AS Ganti Nama (Tepi Barat) Jadi (Judea dan Samaria), Didorong Lobi Zionis
- Bundaran Batara Guru Bersiap Jadi Magnet Baru Luwu Timur
- Legislator Rusia Desak WhatsApp Angkat Kaki, Berpotensi Masuk Daftar Aplikasi Terlarang
- 67 Warga Palestina Tewas Ditembak Saat Tunggu Bantuan PBB di Gaza Utara
Perlawanan Imam Husein ke Yazid bin Muawiyah dan Prestasi yang Dicapai Gerakan Ini Bagi Umat Islam

Keterangan Gambar : illustrasi kesyahidan Al Husain di Karabala (foto: Parstoday)
Luwu Timur, lutimchage.com- Kebangkitan Imam Husein as terjadi pada saat masyarakat Islam berada di ambang kehancuran di bawah kekuasaan Yazid, putra Muawiyah dari dinasti Umayah, di mana perintah serta kebajikan ilahi mulai dilupakan di antara masyarakat. Imam Husein as memulai gerakan Asyura dengan tujuan luhur dan menjaga agar agama Islam tetap hidup dengan kesyahidannya.
Setelah kesyahidan saudaranya Imam Hasan as, yang telah menjadi khalifah umat Islam selama enam bulan, Imam Husein as tidak bangkit demi mematuhi perdamaian saudaranya dan juga karena beberapa praktik lahiriah ajaran Islam yang dilakukan oleh Muawiyah. Namun, Imam Husein as tidak tinggal diam dalam menghadapi penindasan dan bidah yang diciptakan oleh Muawiyah, Karenanya beliau menyatakan penentangannya terhadap Muawiyah sebanyak yang bisa dilakukan melalui pidato dan surat protes.
Baca Lainnya :
- Objek Wisata Mata Buntu Wasuponda1
- Update Jersey Timnas Indonesia: Mulai Erspo mungkinkah ke Adidas Lagi?0
- Presiden Prabowo dan Presiden Brazil Sepakat dukung Palestina Menjadi anggota penuh PBB0
- Apa yang Dikhawatirkan Amerika terhadap BRICS?0
Contoh nyata dari hal ini sebagaimana dilanir parstoday.ir adalah penentangan terhadap putra mahkota Yazid yang korup dan pemabuk selama pemerintahan Muawiyah dan pidato Imam di musim Haji, di mana Imam Husein as menjelaskan kejahatan rezim Umayah dan gerakan propaganda besar terhadap pemerintah muncul, yang membuka jalan bagi melakukan kebangkitan.
Yazid, Penguasa Korup
Pada masa Imam Husein as, pemerintahan telah jatuh ke tangan orang yang dibesarkan oleh Muawiyah. Ia ingin memerintah rakyat sebagai penguasa Islam dengan agama Islam, yang sama sekali tidak diyakininya. Ia adalah seorang pemuda yang lalim, penuh nafsu, suka berzina, antiagama, dan tidak bermoral.
Setelah meraih kekuasaan, Yazid bahkan tidak dapat mempertahankan penampilan lahiriah agamanya seperti ayahnya dan secara terbuka menghina kesucian Islam. Ia adalah seorang pemuda pemabuk dan korup yang secara terbuka mengingkari misi dan wahyu yang diberikan kepada Rasulullah Saw.
Mas'udi, salah seorang sejarawan Islam terkenal menulis, Yazid telah mengadopsi metode Firaun dalam berurusan dengan rakyat, dan bahkan perilaku Firaun lebih baik daripadanya.
Islam Hancur di Bawah Kekuasaan Yazid
Imam Husein as pada masa-masa ketika ia berada di bawah tekanan di Madinah untuk diambil baiat dari gubernur kota itu, menanggapinya dengan berkata, Sekarang umat Islam telah dijebak oleh penguasa seperti Yazid, maka mereka harus membaca Al-Fatihah bagi kehancuran Islam.
Imam ketiga dari Ahlul Bait Nabi, menanggapi surat undangan dari orang-orang Kufi, dan menguraikan karakteristik pemimpin Muslim sebagai berikut, “… Imam dan pemimpin umat Islam adalah orang yang bertindak berdasarkan Kitab Allah, mengambil jalan yang adil dan merata, mengikuti kebenaran, dan menaati perintah Allah dengan seluruh keberadaannya.”
"Yazid bukanlah orang yang memiliki ciri-ciri memimpin pemerintahan Islam, dan dengan kekuasaannya yang terus berlanjut atas kaum Muslim, tidak akan ada yang tersisa atas nama Islam. Oleh karena itu, dengan kematian Muawiyah, rintangan terhadap kebangkitan Imam Husein as telah disingkirkan, dan telah tiba saatnya baginya untuk bangkit menghidupkan kembali agama kakeknya dan menyatakan penentangannya terhadap pemerintahan Yazid yang tidak sah.
Faktor Kebangkitan Asyura
Kebangkitan Asyura terbentuk sebagai respons terhadap serangkaian faktor politik, agama, dan sosial. Faktor utamanya adalah penyimpangan parah dalam jalan Islam setelah wafatnya Nabi Saw dan naiknya kekuasaan pemerintahan Yazid yang korup, yang telah mengubah agama menjadi alat kekuasaan. Kebungkaman masyarakat dalam menghadapi penindasan, ketidakadilan, dan distorsi kebenaran agama mendorong Imam Husein as untuk bangkit menghidupkan kembali agama dan mereformasi umat Nabi. Mengambil tanggung jawab atas masyarakat, membela nilai-nilai ketuhanan, dan mencegah legitimasi pemerintahan yang menindas merupakan beberapa motivasi terpenting bagi gerakan sejarah besar ini.
Jika bukan karena tekanan Yazid agar Imam Husein as berbaiat kepadanya dan mengajak orang-orang Kufah, apakah Imam masih akan menentang pemerintah?
Menanggapi pertanyaan ini, perlu disebutkan bahwa Imam Husein as telah menentang keras jabatan Yazid sebagai putra mahkota sejak masa hidup Muawiyah. Setelah Muawiyah meninggal, ia tidak menerima permintaan penguasa Madinah untuk berbaiat kepada kekhalifahan Yazid. Sebab, berbaiat kepada Yazid selain menyetujui kekhalifahan pribadi yang memalukan, juga menyetujui pembentukan pemerintahan kerajaan dan turun-temurun Muawiyah.
Imam juga berulang kali mengumumkan bahwa ia tidak akan berbaiat kepada Yazid dengan cara apa pun atau dengan tekanan apa pun. Akan tetapi, jika tekanan ini tidak diberikan oleh Yazid untuk berbaiat, Imam Husein as akan tetap menentang pemerintahan Yazid yang tidak sah. Karena Yazid tidak layak untuk menjadi khalifah dan memimpin umat Islam.
Imam Husein as pindah dari Madinah dengan slogan amar makruf dan nahi munkar. Karena dunia Islam telah diliputi oleh kejahatan dan kerusakan serta pemerintahan pada masanya telah menjadi sumber kerusakan, maka Imam harus bangkit sesuai dengan tugas Ilahi dan tanggung jawab keagamaannya untuk menyelamatkan umat kakeknya dari kesengsaraan.
Motif Kebangkitan Imam Husein as dari Ucapan Imam
Imam Husein as berbicara tentang tujuan dan motif kebangkitan Asyura pada berbagai kesempatan dalam khotbah-khotbahnya yang menggugah, surat-suratnya, pidato-pidatonya yang menyentuh hati, dan wasiatnya. Imam menganggap diam dalam menghadapi kejahatan para penguasa Umayah dan berkompromi dengan mereka sebagai dosa yang tidak terampuni.
Di antara tujuan kebangkitan Imam Husein as, yang dapat disebutkan secara singkat:
1. Kebangkitan Amar Makruf dan Nahi munkar
Imam Husein as menggunakan keutamaan amar makruf dan nahi munkar yang terlupakan sebagai sarana dan sarana untuk mewujudkan tujuan-tujuan kebangkitan lainnya, yang terbukti sangat efektif. Terkait hal ini, Imam berkata, Ya Allah, aku mencintai kebaikan dan membenci keburukan.
2. Memperbaiki Umat Nabi Allah Saw
Dengan naiknya Yazid sebagai Khalifah dan penguasa masyarakat Islam serta keengganan Imam Husein as untuk berbaiat kepadanya, Imam menulis dalam sebuah surat wasiat kepada Muhammad Hanafiyah sebelum bergerak menuju Mekah alasan kebangkitannya sebagai berikut:
"... Aku tidak meninggalkan Madinah karena keegoisan, pemberontakan, atau hawa nafsu, atau untuk menimbulkan kerusakan atau penindasan, tetapi tujuanku dalam gerakan ini adalah untuk memperbaiki kerusakan umat kakekku, dan yang kumaksud adalah amar makruf dan nahi munkar, dan aku ingin mengikuti jalan kakekku, Nabi, dan ayahku, Ali bin Abi Thalib. Siapa pun yang mengikutiku di jalan ini karena menghormati kebenaran, aku akan mengikuti jalanku, agar Allah dapat menghakimi antara aku dan orang-orang ini, dan Dia adalah hakim yang terbaik..."
3. Memerangi bid’ah dan menghidupkan kembali Sunnah Nabi Muhammad Saw
Setelah sampai di Mekah, Imam Husein as menulis surat kepada para pemimpin suku Basra sebagai berikut, Sekarang aku mengutus utusanku kepada kalian dengan surat ini. Aku mengajak kalian kepada Kitab Allah dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Karena kita berada dalam situasi di mana Sunnah Nabi Muhammad Saw telah sepenuhnya lenyap dan bid’ah telah bangkit kembali. Jika kalian mendengarkanku, aku akan menunjukkan jalan yang benar kepada kalian. Semoga kedamaian, rahmat, dan berkah Allah senantiasa menyertai kalian.
4. Melawan korupsi yang nyata
Imam Husein as menyatakan tujuannya untuk bangkit melawan kekuasaan Yazid, melawan penguasa tiran yang terang-terangan melakukan korupsi.
Dalam khotbah yang disampaikannya kepada pasukan Hurr dalam perjalanan ke Irak, Imam berkata, Wahai manusia! Ketahuilah bahwa mereka (Bani Umayah) telah meninggalkan ketaatan kepada Allah dan menjadikan mengikuti setan sebagai kewajiban bagi diri mereka, mereka telah menyebarkan kerusakan dan meliburkan batas-batas Ilahi.
5. Melawan kebatilan dan bertindak dalam kebenaran
Dalam perjalanan ke Irak, Imam Husein as menyampaikan khotbah di antara para sahabatnya di sebuah rumah yang disebut “Dzi Husm” sebagai berikut, Kejelekan tampak jelas dan kebaikan serta kebajikan telah lenyap dari lingkungan kita…
Tidakkah kalian melihat bahwa kebenaran tidak lagi ditegakkan dan kebatilan tidak dapat dihindari? Dalam situasi seperti itu, sudah sepantasnya seorang mukmin (yang telah meninggal) rindu untuk bertemu dengan Tuhan. Dalam lingkungan yang hina dan tercemar seperti itu, saya tidak menganggap kematian sebagai sesuatu selain kebahagiaan, dan hidup bersama para penindas hanyalah penderitaan, gangguan, dan kebosanan.
Orang-orang ini adalah budak dunia, dan agama adalah omongan mereka. Dukungan dan sokongan mereka terhadap agama hanya selama hidup mereka disertai dengan kemakmuran dan kenyamanan, dan ketika mereka diuji, orang-orang yang beragama akan sedikit jumlahnya.
6. Menolak menerima kehidupan yang hina dan memalukan di dunia ini
Imam Husein as berkata tentang memilih kehidupan yang bahagia di akhirat dan menolak menerima kehinaan di dunia ini, sebagai tujuan lain dari kebangkitan, sebagai tanggapan atas saran Ubaydullah bin Ziyad yang menawarkan Imam pilihan antara dibunuh atau bersumpah setia kepada Yazid, “Oh, betapa besarnya kehinaan! Ya Allah, ini bukan untuk kami, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman… Oh, betapa besarnya kehinaan dan rasa malu yang harus kami terima. Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman tidak menerima ini untuk kami.
Di tempat lain, Tuan orang-orang yang terhormat dan merdeka di dunia juga berkata, Kami (keluarga Nabi) tidak akan pernah menerima kehinaan. Allah dan Rasul-Nya tidak mengizinkan kehinaan bagi kami. Ayah-ayah kami yang suci dan ibu-ibu yang suci tidak menyukai kehinaan bagi kami.
Beberapa Ciri Kebangkitan Imam Husein as
1. Sifat ilahi dan bertujuan
Kebangkitan ini bukan hanya bersifat politis, tetapi gerakan ilahi untuk menghidupkan kembali agama dan menghadapi penyimpangan nilai-nilai Islam.
2. Universalitas pesan
Pesan Asyura, melampaui batas dan agama, adalah panggilan untuk melawan penindasan dan ketidakadilan.
3. Pengorbanan dan mati syahid yang tulus
Imam dan para sahabatnya mengorbankan hidup mereka demi kebenaran, sepenuhnya menyadari hasil dari masalah tersebut. Pada malam Asyura, malam sebelum kaum Yazidi memulai perang mereka dengan Imam Husein dan keluarga serta para sahabatnya yang terkepung, Imam Husein as membiarkan mereka pergi jika mereka mau, dan mengumumkan bahwa siapa pun yang tinggal bersamanya sampai besok akan dibunuh. Mempertimbangkan semua ini, mereka tetap tinggal dan menerima kematian sebagai syahid.
4. Peran utama perempuan, khususnya Sayidah Zainab as
Keberlanjutan gerakan dan penjelasan tujuannya setelah Asyura adalah berkat keberanian dan pencerahan kaum perempuan kafilah Huseini.
5. Keabadian sejarah dan budaya
Kebangkitan ini bukan hanya tercatat dalam sejarah, tetapi juga merasuki budaya dan agama masyarakat Muslim dan bahkan non-Muslim.
Meskipun Imam Husein as dan para sahabatnya syahid, apakah kebangkitan Imam mencapai tujuannya?
Di antara dampak jangka panjang kebangkitan Imam Husein as dalam masyarakat Islam, berikut ini dapat disebutkan:
1. Menghidupkan kembali semangat memperjuangkan kebebasan dan melawan para tiran besar dengan amar makruf dan nahi munkar
Imam Husein as menyampaikan konsep kebebasan, keberanian, dan perlawanan terhadap penindasan yang sebenarnya melalui gerakannya.
2. Menegakkan posisi Imamah dan legitimasi Ahlul Bait Nabi as
Kebangkitan ini memisahkan Imamah sejati dari kekhalifahan yang merampas kekuasaan dan membuat posisi spiritual dan ketuhanan Ahlul Bait, yang telah diperkenalkan Al-Qur'an sebagai yang murni, lebih jelas bagi generasi mendatang.
3. Menjaga agar Islam Muhammad Saw tetap murni
Gerakan Imam mencegah para penguasa yang korup memperkenalkan Islam palsu sebagai Islam yang benar dan memperkenalkan agama sebagai alat untuk melayani kekuasaan.
4. Inspirasi bagi semua kebangkitan yang benar dalam sejarah
Kebangkitan Asyura menjadi model perjuangan melawan tirani bagi bangsa-bangsa dan pemimpin yang benar, termasuk dalam gerakan-gerakan kebebasan di abad-abad berikutnya.
5. Mengungkap wajah sebenarnya dari rezim Yazid dan Umayah
Asyura menyingkirkan topeng dari wajah penuh tipu daya rezim Umayah dan mengungkap kejahatan mereka.
6. Menyebarkan budaya mati syahid dan berkorban demi kebenaran
Kematian Imam dan para sahabatnya melembagakan budaya berkorban demi keadilan dan keimanan di kalangan umat Islam.
7. Memperkuat ikatan emosional dan kognitif bangsa dengan Ahlul Bait Nabi Saw
Peristiwa ini menyebabkan ikatan yang lebih dalam antara masyarakat dan Ahlul Bait Nabi as dan mempromosikan cinta dan perwalian mereka sebagai jalan paling sehat untuk memahami agama.
8. Meningkatnya kesadaran politik dan tanggung jawab sosial dalam masyarakat Islam
Pesan-pesan pencerahan dari kebangkitan Imam Husein as selama tahun-tahun berikutnya telah menyadarkan banyak orang dari tidurnya.
Akhirnya, jika kita ingin mengungkapkan tujuan Imam Husein as, kita harus mengatakan bahwa tujuan orang besar itu adalah untuk memenuhi kewajiban agama yang besar yang belum pernah dipenuhi oleh seorang pun sebelum Imam Husain, bahkan Nabi sendiri. Baik Nabi, maupun Amirul Mukminin, maupun Imam Hassan Mujtaba tidak pernah memenuhi kewajiban ini. Karena krisis ini belum pernah terjadi pada masa mereka. Akan tetapi, kewajiban itu adalah tugas kebangkitan untuk mengembalikan masyarakat Islam ke jalan tauhid dan Al-Qur'an yang benar. Sebuah tugas yang berada di pundak umat Islam.(sl)
Sumber:
1. Nahjul Balaghah
2. Muruj Adz-Dzahab
3. Al-Luhuf
4. Al-Irsyad
5. Maqtal Kharazmi
6. Bihar Al-Anwar
7. Tarikh Thabari
8. Maqtal Al-Husain
9. Tuhaf Al-'Uqul
10. Sireh Pishvayan
11. Faribkari va Durugh Pardazi
12. Syarah Nahjul Balaghah
Pewarta: Ismail Samad
Editor: Ismail Samad
Copyright © lutimchange.com 2025
