- Di Duga Korupsi Rp 2,64 M, Kejari Lutim Resmi Tetapkan Oknum Kades Balai Kembang Jadi Tersangka
- Trump vs Musk, Proyek Rudal Jatuh ke Tangan Amazon, Tinggalkan SpaceX?
- Jet Tempur Bangladesh Jatuh di Kampus Dhaka, 25 Anak Tewas
- Presiden Prabowo Perintahkan Pengawasan Ketat Koperasi Desa Merah Putih
- Dewa United Juara IBL 2025, Taklukkan Pelita Jaya Lewat Laga Dramatis 74-73
- Imbangi Malaysia 0-0, Timnas Indonesia U-23 Lolos ke Semifinal sebagai Juara Grup A
- Tujuh Negara Bagian AS Ganti Nama (Tepi Barat) Jadi (Judea dan Samaria), Didorong Lobi Zionis
- Bundaran Batara Guru Bersiap Jadi Magnet Baru Luwu Timur
- Legislator Rusia Desak WhatsApp Angkat Kaki, Berpotensi Masuk Daftar Aplikasi Terlarang
- 67 Warga Palestina Tewas Ditembak Saat Tunggu Bantuan PBB di Gaza Utara
Trump vs Musk, Proyek Rudal Jatuh ke Tangan Amazon, Tinggalkan SpaceX?

Keterangan Gambar : Presiden AS Donald Trump membuat pengumuman mengenai perisai pertahanan rudal Golden Dome di samping Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, D.C., AS, 20 Mei 2025. (Foto:REUTERS/Kevin Lamarque)
AS, (Lutim Change)– Pemerintahan Presiden Donald Trump memperluas pencarian mitra untuk membangun sistem pertahanan rudal berbasis ruang angkasa Golden Dome dengan menggandeng Project Kuiper milik Amazon dan sejumlah kontraktor pertahanan besar. Langkah ini dilakukan di tengah memburuknya hubungan antara Trump dan CEO SpaceX Elon Musk, menurut tiga sumber yang mengetahui kebijakan ini.
Mengutip Reuters Selasa (22/07/25), Sistem Golden Dome, yang digagas hanya seminggu setelah Trump memulai masa jabatan keduanya, dirancang menyerupai Iron Dome milik Israel, namun dengan skala dan kompleksitas jauh lebih besar. Proyek ini diperkirakan menelan biaya sebesar US$175 miliar dan membutuhkan jaringan satelit canggih untuk mendeteksi dan mencegat rudal dari orbit.
Baca Lainnya :
- Presiden Prabowo Perintahkan Pengawasan Ketat Koperasi Desa Merah Putih0
- Tujuh Negara Bagian AS Ganti Nama (Tepi Barat) Jadi (Judea dan Samaria), Didorong Lobi Zionis0
- Bundaran Batara Guru Bersiap Jadi Magnet Baru Luwu Timur0
- Legislator Rusia Desak WhatsApp Angkat Kaki, Berpotensi Masuk Daftar Aplikasi Terlarang0
- 67 Warga Palestina Tewas Ditembak Saat Tunggu Bantuan PBB di Gaza Utara0
Ambisi Golden Dome mencerminkan ambisi Iron Dome Israel, perisai pertahanan rudal dalam negeri, tetapi sistem pertahanan berlapis yang lebih besar dan lebih kompleks membutuhkan jaringan satelit yang mengorbit dan mencakup wilayah yang lebih luas.
Sebelum perseteruan publik Trump dan Musk pada 5 Juni, Pentagon dan Gedung Putih sudah mulai mempertimbangkan alternatif lain selain SpaceX karena kekhawatiran atas ketergantungan pada satu entitas. Meski SpaceX tetap menjadi pemain dominan dalam peluncuran satelit berkat rekam jejak peluncuran lebih dari 9.000 satelit Starlink dan Starshield, potensi keterlibatan perusahaan lain kini semakin terbuka.
Salah satu yang paling diperhitungkan adalah Project Kuiper, konstelasi satelit orbit rendah Bumi milik Amazon yang saat ini baru meluncurkan 78 dari target 3.000 satelit. Pentagon telah mendekati Kuiper untuk bergabung dalam proyek, menandakan terbukanya peluang bagi sektor komersial untuk terlibat dalam infrastruktur pertahanan nasional.
"Kuiper adalah pilihan besar," kata seorang pejabat AS.
Meski Amazon belum memberikan komentar resmi, Jeff Bezos, ketua eksekutif Amazon, sebelumnya mengakui bahwa konstelasi satelit Kuiper berpotensi digunakan untuk kepentingan pertahanan.
"terutama bersifat komersial," dan "pastinya akan ada penggunaan pertahanan untuk konstelasi (orbit rendah Bumi) ini." Ungkapnya pada bulan Januari lalu Sebagaimana dilansir Reuters Pada Selasa (22/07/25).
Selain Amazon, perusahaan pertahanan besar seperti Northrop Grumman, Lockheed Martin, dan L3Harris juga disebut-sebut dalam pembicaraan lanjutan. CFO L3Harris, Kenneth Bedingfield, mengonfirmasi meningkatnya minat pada teknologi peringatan dan pelacakan rudal. Sementara Northrop tengah mengembangkan pencegat berbasis ruang angkasa, Lockheed Martin menyatakan siap menjadi mitra utama Golden Dome.
Program ini akan dipimpin oleh Jenderal Michael Guetlein dari Angkatan Luar Angkasa AS, yang dikonfirmasi Senat pada 17 Juli. Ia diberikan wewenang penuh oleh Menteri Pertahanan Pete Hegseth untuk membentuk tim dalam 30 hari, menyusun desain awal dalam 60 hari, dan menyampaikan rencana implementasi lengkap dalam 120 hari.
Proyek ini juga membuka peluang bagi perusahaan roket baru seperti Stoke Space dan Rocket Lab untuk ikut serta dalam tender peluncuran satelit. "Setiap peluncuran akan dilelang, dan kami harus memberi kesempatan pada pihak lain selain SpaceX," ujar salah satu pejabat Pentagon.
Namun, penyertaan platform komersial seperti Kuiper membawa tantangan keamanan baru. Satelit-satelit tersebut harus diperkuat terhadap serangan siber dan perang elektronik—masalah yang juga pernah menghantui jaringan Starlink SpaceX. Elon Musk sendiri menyatakan bahwa SpaceX telah menghabiskan sumber daya besar untuk melawan gangguan Rusia terhadap sistem mereka.
Di luar tantangan teknis, proyek Golden Dome dinilai berpotensi mengubah lanskap keamanan global. Keberhasilan sistem ini dapat mendorong negara-negara pesaing untuk mempercepat pengembangan sistem senjata berbasis ruang angkasa dan meningkatkan eskalasi militer di luar atmosfer.
Sementara SpaceX tetap memiliki jalur strategis dalam program ini, terutama dalam peluncuran, para analis memperkirakan perannya akan semakin dikurangi. Perubahan strategi ini juga memperkuat sinyal bahwa pemerintahan Trump lebih memilih mitra yang berada di luar lingkaran pengaruh Elon Musk, terutama setelah Musk meluncurkan "America Party" yang bertentangan dengan agenda Partai Republik.
Pemerintah AS juga telah mengalokasikan anggaran sebesar US$25 miliar dari RUU pajak dan belanja untuk tahap awal pengembangan Golden Dome, termasuk peningkatan produksi satelit sektor swasta sebagai respons atas mandat Kongres kepada Angkatan Luar Angkasa yang meningkat menjadi US$13 miliar tahun ini.
Pewarta : Ismail Samad
Editor : Redaksi
Copyright lutimchange.com 2025
